Cerita di Menaraku


Mungkin kau memiliki pembuka kunci menara rahasiaku. Tapi lihat, menaraku tak berpintu. Ia hanya punya lorong panjang dan gelap di bawah tanah. Siapapun tak pernah melihatku masuk dan keluar. Aku akan menjadi legenda paling menakjubkan.

Satu masalah. Tiada sedikitpun ambisiku berpenghasilan besar. Jadi aku tak tahu bagaimana membiayai menaraku. Sedih. Tapi aku selalu punya impian. Kuharap, tak memperoleh apartemen murah di kota berbalkon bunga dan pemandangan sampah yang menumpuk di suangai-sungainya. Benar kan?

Belajar, menulis, dan mencari hal-hal baru dengan musik kesukaanku. Tiga hal itulah ambisiku. Ku kan siapkan untukmu sebuah kursi La-Z-Boy berwarna ungu untukmu saat berkunjung ke apartemenku. Kita harus selamanya menjadi teman. Itu syaratnya.

Jadi, kau ingin tahu apa ketakutanku? Tanya ini membuatku tertawa. Karena aku sangat lihai berpura-pura ketakutan. Aku pura-pura takut kehilangan persahabatan. Aku pura-pura takut melukai orang lain. Aku pura-pura takut kepada pria gasang hidung belang dan jahat yang memandang mu selayak hantu lapar. Bahkan aku punya keberanian melebihi itu, benar kan? 

Aku terlalu berani untuk merasa takut; jika kutipu diri sendiri, mempermainkan emosiku untuk memperlakukan orang yang aku cintai seperti boneka. Aku tidak manusiawi.  Kupikirkan itu sebagai sebuah kemungkinan yang tak kunjung usai menjadi teka-teki bagiku. Inilah yang membuatku tidak takut sedikitpun.

Kumiliki beberapa ketakutan konyol : hewan tak bertulang belakang dan kehilangan ‘tahta’ di kasurku. Masalah remeh ini membuatku marah. Aku marah ketika menginjak tanah basah dan kudapati sesuatu yang bergerak tak bertulang ada di kakiku, lalu tiba-tiba kurasakan ada pemberontakan dan amuk massa di perut ku. Aku benci rasa takut itu. 

Kadang suaraku lirih. Suaraku terbata-bata seolah ingin dawamkan kata. Lalu setiap pendengarnya risih. Karenanya tangisanku semakin kuat. Kadang suaraku paraukarena tiap hari aku menangis. Aku tidak depresi. Sungguh. Aku Bahagia. Akulah kembang kematian. Bunga yang mekar dalam keputusasaan pekat dan manis. 

Namun, tiada yang menggerogoti ku dan menyobek pikiranku saat aku berusaha tidur. Mohon maaf, jika ku kecewakan kau karena aku tak takut apapun. Tiada sesuatupun yang benar-benar membuatku takut kecuali pikiran bahwa aku tak pernah menjalankan 3 ambisiku lagi. Menurutku ketakutan ini lebih besar daripada mati muda. Beberapa hal sangat melukaiku. Banyak peristiwa membuatku menderita. Tapi luka dan derita berbeda dengan ketakutan. 







jangan pernah takut, jangan pernah takut! 
apapun hadapi! mungkin kau akan bisa lebih terbang tinggi, nanti...




Komentar