Saat hatiku gundah dan resah,
Engkau menemaniku tanpa banyak kata
Engkau hadir disana,
Memupus
gundah dan resah ku.
Saat aku bersedih dan bersendu hati,
Engkau menemuiku tanpa enggan.
Engkau hadir disampingku,
Mengurangi sedih dan senduku.
Saat aku merasakan pedih dan perih merobek-robek jantungku,
Engkau menemuiku tanpa ku pinta.
Engkau hadir disisiku,
Menghapus pedih dan perihku.
Saat aku sakit dan terluka,
Engkau menungguiku dengan tenang.
Engkau hadir direlung dadaku,
Mengobati sakit dan lukaku.
Saat aku marah dan kecewa,
Engkau mendatangiku tanpa pesan.
Engkau hadir disudut jiwaku,
Tuntaskan marah dan kecewaku.
Saat aku merasa ternyuh dan kasihan,
Engkau bersama ku dalam diam.
Engkau hadir di kedalaman nuraniku,
Menampung terenyuh dan kasihku.
Saat aku takut dan berbuat salah,
Engkau menujuku cepat-cepat.
Engkau hadir di ruang hatiku,
menjagaku dari penyesalan berkepanjangan.
Menjagaku untuk tidak tenggelam dalam ketakutan.
Bahkan saat aku terharu dan bahagia,
Engkau pun tetap bersamaku.
Engkau ada disini, mewujudkan buncah bahagia dan haruku.
Diam-diam engkau merembes dari sudut mataku,
Resapkan resah dan gundahku.
Pelan-pelan engkau menetes dari kelopakku,
Tiriskan sedih, sendu, perih dan pedihku.
Engkau meleleh dipipiku, hanyutkan sakit dan lukaku.
Engkau membasahi wajahku, larutkan marah dan kecewaku.
Engkau mengalir kedaguku, luruhkan ternyuh dan kasihanku.
Tangis, engkau menjadi simbol atas segala ekspresiku.
Thanks to A.R
For ur statement,
“Jika seorang manusia tidak lagi dapat menangis,
Maka patutlah ia menangisi ketidakmampuannya
Untuk menangis, karena jangan2 hatinya telah mati.”
Komentar
Posting Komentar