Hari ketika aku lahir. Bayangan
hari itu kukumpulkan dari potongan-potongan kisah orang tuaku dan
saudara-saudaraku. Dalam bayangan itu mamaku berbaring di ranjang rumah sakit
dalam balutan selimut putih tua nan kotor . Di lengannya, tertidur bayi yang
belepotan darah. Dalam bayangan itu, wajah ibuku mulus dan rambut hitamnya
membentuk kuncir kuda kecil yang mungil.
Adik perempuan ayahku juga
disana, dia masih remaja dan kurus.
Matanya yang bulat dan hitam persis seperti foto-foto lama keluarga kami
yang sudah ribuan kali kulihat. Dia menatapku. Tapi menolak untuk menyentuhku
yang seperti makhluk kecil berbintik.
Inilah awal segalanya, kawan. Ini tentang semua yang membentuk lingkaran. Terkadang
kau pikirkan sesuatu di tengah lingkaran itu. Lalu kau takut jika itu hanya
sebuah lubang. Mungkin lubang itu sebuah jendela; bingkai sesuatu yang kau
lihat.
Tentang segala sesuatu; lihat
keluar jendela, pandang semua imajinasimu. Jika tersisa sedikit ketakutan,
tetaplah menatap sembari rencanakan dan mencipta cara baru.
Tentang makanan. Karbohidrat dan
semacamnya. Menjadikan mu tumbuh besar, aku dengan sisi kewanitaanku, dan
kalian dengan jiwa kalian masing-masing. Aku rasa setiap makanan memiliki cita
rasa masing-masing. Dan begitu pula engkau memiliki resep luar biasa bagi
jiwamu sendiri. Tumbuh dan menari bersama merpati di dahan, dan menyanyi lagu ‘sayonara’
saat kau pulang dari penimbaan dunia.
Tentang kesedihan yang menerpamu bagai gulungan ombak pantai, membuatmu berbuih, dan jejas-jejas majas itu tak terlihat lagi di pantai pasir putih. Sedih di saat kau seharusnya senang, seperti menelan paku tajam namun berbahan dasar berlian. Enyahkan pikiran itu, hentikan sekarang juga, jangan kau telan bulat-bulat, karena mungkin bukan hanya aku akan mual melihatnya, tapi aku akan memaki-maki dan meninjumu dengan dua tangan. Memang susah, melihat ketulusan dan kepalsuan dalam satu wadah, karena batasnya hanya setipis kulit ari pada bayi.
Dan tentang kesenangan kecil yang membuatmu bangun dari ranjang setiap
hari. Suara pintu terbuka, dentingan adukan sendok kopi di cangkir, dan
seseorang yang berteriak meneriaki pagi dengan dagangannya. Hal remeh temeh dan
sederhana yang kau tahu, tersedia disana saat kau bangun. Selimut. Siluet
mentari pagi di balik tirai. Embun di kayu cendana. Bunga rumput. Nun jauh
disana, pegunungan. Nun jauh disana, lautan. Sesuatu yang tak berubah, sesuatu
yang tua, seperti pohon yang selalu hijau dan segar pada petang hari.
Menyadari ini tahun ke 21
mendadak mendapati diri merasa....
memiliki kepribadian yang beragam, namun
tergantung pada apa yang akan dihadapi.
Komentar
Posting Komentar