Aku, Laut, Dan Camar


Aku, Laut, dan Burung Camar
Aku berdiri, kakiku tertimbun pasir sedalam lutut
Kupandang tempat kakiku tenggelam
Berlabuh seperti sepatu semen.

Dan ombak seperti raksasa marah nyaris menelanku
Dan angkasa seperti langit-langit mall
Dan hanya suara berdeguk terdengar
Seakan semua gagasan dalam kepalaku meledak
Dan berubah menjadi hampa.

Ketika air perlahan memanjat tubuhku
Kupikir sebaiknya aku berbaring
Dan membuka mulutku
Akankah itu membauh semua lumpur dan kotoran
Dalam perut layuku?

Seiring perjuanganku mencari
Jeritku membahana alam semesta yang kacau
Sebuah ketam merangkak naik memamerkan kukunya padaku
Dan bertanya, “mengapa kau defensif?”

Dan merenung beberapa saat
Lalu ku belalakan mata ke kanan dan ke kiri
Memperhatikan semua burung camar
Menyelam dan menari dalam udara laut.

Lalu kudengar kicau burung camar itu
Dibelakangku di semak-semak liar berduri
Hingga kuputuskan berbisik tanya
Bukan berteriak mengutuk
Dan aku berbisik malu-malu.
Mendesah
Seperti kecupan selamat tidur di kening ayahku
Berharap itu muncul
Seperti gelembung menabrak udara.

Komentar