Kisah si Ibnu

Kau mencipta yang kau lihat dalam pikiranmu. Setiap hari. Saat jemarimu sudah cukup cekatan untuk memegang krayon Crayola.
Ingatan pertamamu adalah menggambar wanita-wanita cantik dan menceritakan pada dirimu perihal kisah-kisah mereka. Di dapur. Di tangga. Hampir selalu di lantai –di antara kaki-kaki anggota keluarga. Diserobot oleh ketinggian. Tak diperhatikan seperti kucing rumah. Sebagai anak, kau laksana bunglon yang ada dimana saja. Perdebatan politik berputar diatas kepalamu. Pertentangan panas. Bujet yang direncanakan. Kejelekan-kejelakan para kerabat didiskusikan dalam sebuah kode rahasia yang rumit –tapi itu tidak masalah- selama mereka memakai bahasa Indonesia, sekalipun mereka berteriak. Kau tak akan memperhatikan. Kau tergeletak di bawahnya. Kau menggambar. Kau mewarnai. Kau membuat petualangan hebat dengan mobil-mobilanmu. Kau spesies yang berbeda. Mereka sejauh ini adalah burung elang berekor merah yang terkadang terbang menjulang di atas halaman dan mencari anak ayam atau ikan salmon di anak sungai.
Kau mencipta yang kau lihat dalam pikiranmu. Kau merobek karton. Kau membeli sebuah pistol lem panas. Jemarimu ternoda tinta, sejak usia empat hingga dua puluh tahun. Saat kau sendiri, kau elompat dan berputar, lalu mnangkap tarian yang kau lihat dalam pikiranmu.


kau benar-benar lucu dede' inu... ^_^

Komentar