Belakangan aku berpikir untuk menulis tentang mamaku.
Berpikir soal laci pakaiannya. Aku nyaris berteriak saat melihat laci
pakaiannya di kampung halamanku. T-shirt lengan panjang yang dilipat dan ikat
pinggang berwarna. Aku dapat menulis sejarah keluargaku, berdasarkan
temuan-temuan yang kuperoleh selama bertahun-tahun di dalam lemari dan laci.
Biasanya, rumah tanpa perabotan dibilang memalukan, memang.
Tapi kemewahan bukan keahlian keluarga kami. Kami bukan entertainer
(penghibur), melainkan penggali liang. Kami makhluk hutan belantara.
Ibuku menaruh shampoo curian dari kamar mandi hotel saat
kami berlibur di pulau. Kuakui, berkat semua itu, rumah tersebut layaknya
Misoula Motel 6. Ia tak punya alas duduk. Kosong dari kisah. Tak ada simpanan uang dari celengan di lemari
itu, sekedar untuk merayakan maulid. Kosong. Steril.
Komentar
Posting Komentar