Aku kembali menulis, bukan tentang hal baik kurasa.
Karena setiap pertemuanku dengan pensil dan kertas, adalah suatu kejujuran dari
hatiku dalam memandang dunia dari sudut pandangku. Banyak penulis berbakat dan
terbaik di dunia ini, tapi aku tetap pada jalurku, tetap pada identitasku,
tulisan yang mencerminkan tentang aku, tentang cermin dalam pikiranku. Kupikir
seseorang pasti pernah bertanya, apa yang telah kau lakukan dimasa lalu yang
merubahmu hari ini?
Minggu lalu, aku membuat driving lisence for car, satu
lagi filosofi hidup yang terbukti di depan mataku dan dibungkus dengan amat
sangat cantik untuk memperbaiki diriku dimasa depan agar lebih baik lagi
adalah, Jujur itu sangat mahal bahkan lebih sulit dari sekedar membuka lipatan
dompetmu, namun lebih berat pikulannya dalam pandangan Tuhanmu. Kuakui, ya aku pernah
berbohong, tapi tak pernah selalu lama kututupi, karena aku sadar aku bukanlah
creator handal dalam pembuatan skenario drama kehidupan yang mampu menciptakan
kebohongan demi kebohongan. Walau orang yang menjadi korban kebohonganku tak
lagi percaya padaku, aku yakin sebenarnya dia juga sedang menipu dirinya
sendiri, menipu pemikirannya, dan mulai berpikir bahwa dunia adalah kumpulan
atom negatif. Aku ucapkan selamat pada kalian yang berpikir seperti itu. :)
Dan aku akan tetap pada prinsipku, paradigmaku,
memandang duniaku dengan kejujuran walau sekedar lewat kata-kata dan tulisan
dan mengikatnya erat dalam bentuk tumpukan jurnal di kolong tempat tidurku, dan
aku akui memang tulisanku adalah kaki ayam yang berjalan mondar-mandir.
Dan detik ini, akan kucoba memaafkan orang-orang yang
telah memusuhiku, menghinaku, mencurangiku, meragukanku, membohongiku, dan
bahkan membenciku. Walau itu tak berarti aku akan mempercayai mereka lagi,
bukan, bukan berusaha membohongi diri sendiri sama seperti mereka, aku hanya membuat
perlindungan diri terhadap mereka, dengan waspada. Seorang wanita boleh saja
berharap bukan. :)
Well, ayah.. aku sudah pulang kerumah, aku
merindukanmu setiap saat diasrama. Dugaanku benar, kau sakit lagi. Aku memang
selalu membantahmu, itu kulakukan bukan karena aku tidak menyayangimu atau
membencimu, aku hanya tak pernah benar-benar mencintai setiap keputusan yang
kau ambil.
Siapapun orangnya yang masih sehat fitrahnya tidak akan suka kepada orang yang ingkar janji. Karenanya, dia akan dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan tidak ada nilainya di mata mereka.
BalasHapusNamun anehnya ternyata masih banyak orang yang jika berjanji hanya sekedar igauan belaka. Dia tidak peduli dengan kehinaan yang disandangnya, karena orang yang punya mental suka dengan kerendahan tidak akan risih dengan kotoran yang menyelimuti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ. الَّذِيْنَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لاَ يَتَّقُوْنَ
“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).” (Al-Anfal: 55-56)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ إِسْتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bagi setiap pengkhianat (akan ditancapkan) bendera pada pantatnya di hari kiamat.” (HR. Muslim bab Tahrimul Ghadr no. 1738 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)