Hobiku


Sejak kecil aku terbiasa menulis. Mungkin Mama tak tau, bahkan Ayah tak peduli. Disaat aku usia preschool (usiaku 2 atau 3 tahun) mereka berkata aku selalu terlihat asik sendiri dengan crayon dan kertas. Namun aku tak melupakan sosok pengasuhku yang selalu kusebut Mbak Ani. Kali ini aku mengasihani dirinya karena mendekatinya jika hanya aku butuh, yaitu saat ada majalah baru –baik mingguan dari sekolah preschool maupun majalah harian yang dikirim loper koran ke rumah-  memintanya untuk membacakan majalah-majalah baru itu untukku dan melupakan acara menyuapi makanan kedalam mulutku.
Aku bukan tipikal bocah penurut yang baik, akulah bad girl (bukan dalam konteks kriminal tentunya), aku belajar mengenal huruf, serba ingin tahu dan menguping pembicaraan orang dewasa walau aku terlihat sibuk. Ketika menginjak sekolah taman kanak-kanak, Ayah mulai tahu bahwa aku sudah bisa membaca dan pandai membuat puisi, aku ingat judulnya tentang Kebun Binatang. Kemudian Ayah dan Paman Ir selalu membawa oleh-oleh buku dari perjalanan dinas mereka. Dan betapa deretan huruf buku-buku yang diujar orangtuaku benar-benar hidup dan mempengaruhiku.
Saat bocah, mengitari halaman rumah sambil mengepak kedua tangan seolah kupu-kupu terbang adalah kegemaranku. Kuresapi diri seolah putri berlari-lari kecil di taman istana. Bagai peri mendongeng, kurajut kisah negeri antah-berantah yang kubuat sendiri. Itu masa laluku.
Pada awal remaja, kucoba membacanya dihadapan keluarga dan guru-guru. Karenanya aku benar-benar merasa bisa menulis dengan baik. Menggambar, aku amat mencintainya. Aku tak pandai melukis, hanya guratan sketsa hitam putih di atas kertas. Aku tak yakin, hobi mana yang lebih kusuka.
Detik kutulis semua ini, kusadar tak mungkin gambar kutoreh di kertas jika imajinasiku tak mencipta cerita-cerita. Dua kegemaranku ini karena aku tak mau kesaksianku berlalu tanpa pesan. Karenanya kupotret itu semua dalam jelmaan huruf dan terkadang gambar. Kutegaskan, itulah hartaku. Dengan itu, kukabarkan kepada dunia; aku mencinta dunia rasa dan penginderaan. 

Komentar

  1. Diriwayatkan dari Salman Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

    ثلاثة لا يكلمهم الله ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم ؛ أشيمط زان، وعائل مستكبر، ورجل جعل الله بضاعته لا يشتري إلا بيمينه ولا يبيع إلى بيمينه ” رواه الطبراني بسند صحيح.

    “Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari kiamat), dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu : orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli atau menjual kecuali dengan bersumpah ” (HR. Thabrani dengan sanad yang shaheh).

    BalasHapus

Posting Komentar