Makna Hari Ibu


Hujan lebat di sabtu kelabu ini membuat ku yakin tentang keindahan sanubari ibu. Ya, sabtuku yang kelabu menjadi lebih romantis di hari ibu. Di jendela rumah, dengan segelas coklat panas di meja dan cracker rasa keju. Dengan hujan yang menerpa jendela, rintiknya menimbulkan bunyi pantulan yang mengetuk. Rasanya hujan akan hambar tanpa penulisan. 

Dua hari ini hujan begitu lebat. Yang kupikirkan adalah betapa bebasnya hidupku setelah menit-menit ujain akhir selesai. Beberapa kawan pamit pulang kampung dan yang lainnya pamit karena akan menahan rindu. Ah,, aku tak sabar ingin berlibur bersama kalian kawan, mendaki dan berlayar, kembali ke kota Jogja..

Mendaki. Terus mendaki..
Jajaki tanah-tanah surgawi dengan pasti..
Berlayar, terus berlayar..
Hingga angan, mimpi, dan cita terbayar..

Hari ini adalah hari ibu, pagi ini aku pun bangun diiringi senandung beliau tentang betapa malasnya aku, betapa siangnya aku bangun, betapa kurusnya aku sekarang, dan betapa seringnya aku –selalu ingin- naik gunung, dan betapa kesalnya ibu dengan saldo rekeningku. Ah, semua itu sungguh indah …

Aku pernah berniat ingin menuliskan kisah ibuku dalam bentuk buku, alhasil, aku hanya sampai pada menulis surat tentang betapa aku butuh uang dari ibu. Terkadang, hal-hal indah justru tak terlaksana di awal, namun di akhir dari sebuah perjalanannya. Aku hanya mampu mempersembahkan karya-karya ku dalam bentuk tulisan di tanggal yang sudah bukan hari ibu. 

Namun, aku mulai menyadari, makna hari ibu bukanlah soal melulu tanggal 22 Desember. Namun setiap hari adalah hari ibu. Karena ibu kita ada, karena ibu kita menjadi bermakna. Andai ibu punya pemikiran buruk untuk tidak memelihara kita sebagai janinnya dulu, tak mungkin aku disini berbagi dalam tulisan warna-warni di penyedia Blogger. Dan tak mungkin pula aku bisa jatuh cinta, merasakan berbagai emosi dan mengenal teman-teman terdahsyat sepanjang 4 tahun terakhir ini.

Hingga malam ini, kulihat ibu lelah setelah berpergian dengan adikku. Mengurus bisnis entah-apa-namanya-itu. Aku bertekad untuk mebuat diriku menjadi lebih baik, hingga ibu tak perlu “bernyanyi” lagi. AKu bertekad untuk membuat beliau bangga dengan melahirkan aku, meski bagi orang lain yang kulakukan adalah sederhana. Ah,, ibu tak ada yang lebih indah dari sanubarimu.

Menikmati malam sepi,
Batal naik gunung, lalu menyendiri dan kembali bermimpi.
Akan kubuat kau bangga, Mom..
Cintamu sepanjang masa,
I Love You, You are my everything.

Dari anakmu,
Yang kadang kau bilang durhaka.

Komentar