Seks dan Reproduksi (1)

Minggu lalu kuhabiskan waktu dengan membaca banyak berbagai buku, Subhanallah, rasanya kosakata ku terus bertambah seiring dengan ribuan lembar tulisan yang telah aku baca... suatu anugerah tentunya. haha
Ada sebuah buku menarik, buku ini berisi kumpulan cerita pendek dari para teman-teman di Youth Advisory Panel UNFPA Indonesia. 

Banyak hal yang menjadi mitos di dalam masyarakat, namun lebih seringnya adalah salah kaprah. Saat umurku 15 tahun, aku sering mendengar percakapan teman-teman di kamar lain. Berbicara tentang Seks  dan Reproduksi. Aku tidak benar-benar tau apa itu semua, apa perbedaanya, lalu kenapa kita perlu, terlebih adalah pada siapa seharusnya kita bertanya atau membicarakan ini? sedang seluruh akses pendidikan ini tertutup, dengan satu kata yaitu "tabu". Padahal, jika kita seorang bijak yang menggunakan otak dan hatiya dengan lebih baik, maka jawabanya adalah "mari kita beri mereka informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi saat mereka sudah akil balig (remaja awal, tengah, dan akhir) dan mereka sudah siap dan matang, berupa pendidikan yang mendidik untuk lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi mereka, bukan pendidikan yang mengajarkan cara mereka berhubungan seks bebas, akses termudah tempat praktik aborsi ilegal, dll ". 

Pendidikan kesehatan reproduksi ini berisi tentang mengapa, bagaimana, apa akibatnya jika terjadi hal buruk yang dapat membahayakan sistem reproduksi mereka. Dan agar tidak lebih telat lagi (karena ternyata justru lebih banyak akses informasi yang salah, dan korban yang jatuh sudah banyak) maka ajarkan pendidikan kesehatan reproduksi ini secara bertahap, sejak anak-anak, dengan dikenalkan, ini lho laki-laki, maka harus pakai baju laki-laki.. ini lho prempuan, maka harus pakai baju perempuan. Disinilah peran orang tua berjalan, sebagai orang tua, ketika anak mereka masih kecil, jangan gunakan kata "jangan" pada anak, tapi terapkan kata "jangan" itu pada diri ibu atau ayah : Jangan memukul, Jangan menghina, Jangan menggunakan kata kasar, Jangan sungkan meminta maaf jika melakukan salah seperti lupa membelikan buah kesukaanya, atau telat menjemput, Jangan malas memuji sikap baik anak, Jangan meengistimewakan satu anak saja namun perlakukan mereka dengan porsi cinta yang sama, serta Jangan malas untuk belajar menjadi orang tua cerdas. Karena orang tua adalah role model sejati bagi perkembangan anak.

Banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi adalah maraknya serta mudahnya akses mengenai pendidikan kespro yang salah, pornografi dan pornoaksi, ditambah tertutupnya akses informasi yang benar, tepat dan akurat, serta kurangnya pengawasan orang tua terhadap informasi yang masuk. ditambah banyak hal-hal lain yang tak bisa aku sebut disini.

Akibatnya, kekerasan seksual merajalela, tidak hanya pada perempuan, tapi juga pada laki-laki, aborsi ilegal tumbuh subur di berbagai pelosok daerah, kehamilan remaja meningkat, seks bebas jadi panutan dalam mengerti kesehatan reproduksi, belum lagi jumlah penderita penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.Ya ampuun, rumit juga kalau dipikir.. :( 

Lalu dimana perlindungan bagi korban-korban tersebut? siapakah yang bertanggung jawab atas semua ini? 
Maka, keluarga ajarkanlah agama dan kebaikan, sekolah dalam hal ini guru berikanlah pendidikan dengan mengajar juga mendidik hal yang baik yang perlu diketahui siswa dengan bahasa yang mudah dimengerti, dan pelayan kesehatan berikanlah informasi kesehatan reproduksi yang benar dan bertanggung jawab serta mudah di akses, lalu masyarakat? mari kita pikirkan lagi esok hari..


Komentar