Kegilaan Itu Bernama Integritas

Rasanya salah ketika kita hanya berpikir tentang mental model. Banyak orang berpikir bagaimana membuat, bagaimana menjadi, tapi tak tahu entitasnya. Masokhis. Banyak orang berpikir tak mau, tak tahu, bahkan tak tahu malu. Egois. Banyak orang berpikir bahwa orang lain sudah melakukannya, yang lainnya tak perlu. Apatis.
Ketika seseorang menjadi apatis, hidupnya loyalis, tanpa sadar ia telah menjadi sosialis bagi dirinya dan hidupnya. Namun, Itu tentu bukan sepenuhnya sebuah kesalahan. Menghormati sebuah pilihan orang lain, bisa jadi juga sebuah kesalahan. Tergantung dirimu memaknainya. 
Dosenku, beliau seorang profesor, tanpa sadar sudah bercerita panjang lebar di kelas. Menampar setiap siswa untuk tidak menjadi apatis setiap minggunya. Memberikan makna lebih ketika beliau berkata "jangan menjadi warga dengan mental pengemis." Harusnya memang begitu, tak akan bisa mandiri suatu bangsa jika pemuda tak berdaya, tak akan maju suatu bangsa jika pemuda tak melangkah lebih lebar 2 kali dari biasa. 
Ah, kembali berkaca diri saja sejauh mana kau telah bergerak, sejauh mana kau menjadi gila dalam sebuah kontribusi besar pendidikan moral dan intelektual bangsa, sejauh mana kau memaknai pergerakanmu, sejauh mana kegilaanmu itu memiliki integritas yang tinggi, aku belum. Dan rasanya jauh dari kata terwujud. Tak tahu apa yang merasuki, tetapi tetap saja belum. Jangankan untuk suatu hal yang besar, hal yang kecil pun aku terkadang melewatkan kesempatan.

Komentar