Keterpisahan, Mimpi, dan Kemanunggalan

Setelah banyak hal terjadi di kehidupan ini, ada satu hal yang benar-benar aku pahami. Bahwa, selain Tuhan yang Maha Mendengar adalagi satu yang memang amat sangat dekat dan merupakan pendengar yang baik, dia adalah Mimpi. Aku tidak banyak menghabiskan waktu untuk mendapatkannya, cukup memejamkan mata beberapa menit kemudian inilah yang terjadi, aku mengalami apa yang Jalalludin Rumi katakan, yaitu keterpisahan dan kemanunggalan.

Aku berusaha melakukan keterpisahan dengan baik, menjadi manusia yang seutuhnya dengan mandiri dan berdiri atas kehendakku sendiri. Keterpisahanku ini tidak begitu baik, tapi aku yakin semua orang mengalaminya. Apa yang bisa lebih normal daripada mengidentifikasikan dirimu sendiri dengan suara di dalam kepalamu yang memanggil dirinya "AKU?" jujurlah, kalian semua melakukannya. Keterpisahan yang terjadi pada diriku memiliki dua sisi, mirip dengan koin. Di satu sisi ada perasaan senang akibat keberhasilan murni yang mengiringi kebebasan dan pengindividuan yang sukses. Namun, disisi lain datang pula kesadaran tersembunyi tentang kecemasan, ketakutan, hilangnya suatu hubungan, dan kesendirian yang menyakitkan. Keterpisahan yang menakutkan dan menyakitkan. Seperti kita berdiri sendiri dan melihat keluar jagat ini dan menyadari bahwa kita bukanlah bagiannya.

Tapi tak selamanya kesendirian itu menjadi sebuah tragedi. Akibat keterpisahan ini, aku berani bermimpi. Bermimpi yang (aku yakin jika aku katakan) tak ada satu orang pun yang akan berkata "percaya" atau mereka akan bilang "aku gila" dan sebagainya. Akibat mimpi inilah aku dipeluk untuk masuk dan maju ke dalam jagat yang lebih besar ini yang disebut kemanunggalan atau bahasa lainnya adalah peleburan. Coba kita telusuri sedikit masalah peleburan ini, pernah dengar teori peleburan zat pada kimia? teori hibridasi? atau teori molekul? baiklah, anggap aku adalah sebuah perak, lalu seseorang atau sesuatu menyuruhku untuk berubah bentuk menjadi emas, apa yang terjadi? aku harus mengalami proses peleburan logam, sejenis itu kiranya. Dari seseorang yang biasa menjadi luar biasa. Dari hanya sekadar manusia menjadi manusia yang memanusiakan manusia dengan bijak dan sempurna. Seperti itulah.

Inilah, rasa sakit akibat keterpisahan itu hanya bisa disembuhkan oleh (sekali lagi) hubungan alamiah dan intim dengan jagat yang lebih besar dari bumi dan langit dan segalanya yang ada. Mimpi merupakan salah satu hak lahir kita, dan kewajiban selanjutnya adalah bagaimana membuat mimpi itu menjadi nyata. Rumi sendiri mengatakan, jika kita ingin mengklaim hak lahir kita, caranya adalah kita harus pergi keluar dari diri kita.

Sekalipun ibaratnya istana mimpiku diruntuhkan secara perlahan oleh penghuni istana ku sendiri, namun akulah Ratu nya. Aku akan tetap membangun kembali pilar-pilar cacat itu. Aku akan berjalan kembali dan memimpikan hal yg lebih besar. Itu membuatku kuat. Itu membuatku sadar akan kekuatan yang besar dari sebuah catatan kecil bernama Mimpi. Aku tak akan berhenti bermimpi, aku akan tetap menjelajahi dan meresapi kekuatan yang aku rasakan mengaduk dari dalam dan mendengarkan suara mereka (mereka berbicara jelas dan fasih dengan bahasa perasaan dan sensasi tanpa kata) lalu aku akan berjalan mengarah kepada peleburan tadi. Menjadi manusia yang memanusiakan manusia.


Jangan remehkan mimpi, dia maha mendengar.

Komentar