Infidelity ; Waktu Mungil Untuk Belajar Mendua

Rasanya aku tidak terkejut mendengar suatu kejadian aneh. Kejadian tentang ujian cinta. Atau lebih tepatnya, cara kita menguji cinta. Aku tak menyalahkan dia atau dirimu. Itu terjadi secara alami. Atau lebih tepatnya kita membiarkan itu terjadi. Aku hanya tidak pernah berpikir kenapa bisa terjadi? aku hanya tidak mengerti kenapa itu terjadi? ataukah harus? ataukah kita tak pernah benar-benar belajar dari kesalahan masa lalu? mengapa? 

Aku hanya tak ingin mencari jawabnya. Aku belajar banyak dari rasa sakit. Membuatku ingat siapa aku, membuatku kuat dan membuatku tahu aku harus apa dan bagaimana. Aku hanya tak menyangka dia tega padamu. Tak tahukah ia, ketika memulai semua itu langit sudah tak sebiru dahulu? tak tahukah ia, ketika dia mulai memintamu datang sesungguhnya bukan dirimu yang ia panggil? tak tahukah ia, bahwa tempatmu sudah tak nyaman bagi dirimu lagi? 

Aku tahu kau sakit, aku rasa aku tidak terkejut. Kau masih mencintainya, begitu juga dia tak ingin melepasmu sebagai kesalahannya. Cinta yang rumit bukan? aku tahu kau sakit. Ah cintaa.. Kita hanya sebentar singgah disini, lalu pergi selamanya. Ah cinta, waktu yang singkat ini terlalu singkat untuk membuatmu belajar tentang cinta yang lain sehingga sang cinta terlihat begitu egois untuk segera menetapkan pilihan tanpa kita tahu dia the right man atau bukan. Ah cinta,  kita semua pernah merasakan cinta yang membawa kita ke tempat tertinggi, lalu kita merasakan yang namanya terjatuh karena kesalahan kita sendiri. Kau, lebih tepatnya dia terjatuh karena kesalahannya sendiri. Kita memang tidak mati, namun lukanya seakan membuat kita berhenti bernafas.

“Statistically speaking, there is a 65 percent chance that the love of your life is having an affair. Be very suspicious.”
Scott Dikkers, You Are Worthless: Depressing Nuggets of Wisdom Sure to Ruin Your Day

Komentar