Menginjak tahun berikutnya, ternyata aku masih belum bergerak jauh dari poros. Masih berdiri disini, tetapi anganku sudah berlari untuk mencari. Ada banyak hal yang terlalu menggebu untuk aku raih, meraih dirimu dalam asa cita dan cintaku. Namun, sepertinya aku ragu ketika memulai. Karena....Pencarianku ini bukan sebuah perjalanan biasa, perlu seribu tentara keberanian dan sejuta bekal berupa akal sehat serta hati yang baik untuk melakukannya.
Sesekali aku perlu mendaki, kemudian menapaki jalan terjal yang licin, dan tak jarang pula aku harus melewati hutan-hutan pinus yang sepi dan dingin. Perjalanan ini masih panjang, ada beberapa blok bangunan tinggi dimana aku harus mengadahkan kepala untuk melihat puncaknya, terkadang ada pula jalanan penuh duri dan paku dimana aku harus berjalan menunduk berjam-jam, dan berjalan dengan hati-hati karena begitu banyak orang berlalu-lalang. Terkadang aku harus berjalan membawa senter mungil di tangan kanan ku, untuk menerangi jalan setapak yang gelap tak bercahaya. Bukankah ini perjalanan untuk menemukan sesuatu yang luar biasa?
Di lain waktu, aku harus dengan sabar dan lapang dada menerima segala keputusan. Dalam kesempatan lain aku harus menjadi orang yang menekuni satu jalan, mencoba setia dan tidak mendua. Dalam jeda yang lama, aku mencoba memaafkan semua kesalahan orang lain di masa lalu. Bukankah ini suatu pencarian yang akan memaknai perubahan?
Tak jarang aku harus sarapan dengan menu kebimbangan, minum berliter-liter air mata dan membasahi bajuku dengan peluh yang masih terus menderas. Seringnya aku menggantung lelah di kaki langit yang tak berujung. Namun hampir setiap waktu aku menghela nafas dengan diiringi mentari sore dan nyanyian burung camar pulang ke semenanjung.
Aku pulang dengan kebasahan karena hujan, tertatih-tatih karena disapu badai. Perjalanan itu begitu terik, membuatku terlihat lebih legam. Perjalanan itu begitu berangin dan bersalju hingga aku memutih dan memucat bak mayat. Membuatku menjadi lebih rendah hati dengan kerendahan sedalam laut dan meninggikan hati setinggi langit. Aku ingin pulang kembali kedalam jiwa ku yang masih terkapar dan belum tersadar.
Tapi pada kenyataannya aku masih berdiri sendiri disini. Belum beranjak, menulis di atas aspal. Bertanya dimana hal yang kucari itu. Aku masih belum beranjak padahal aku sudah mencari. Mataku membuka dan bertanya, dimana dirimu?
Aku masih mencarimu, merindukan hal tak berwujud tetapi berbayang.
Tunggu aku, selangkah lagi, hanya selangkah untuk memulai ini.
Komentar
Posting Komentar