Beku



Aku harus kembali menemukan hati dan homunkulusku yang berbicara ketika otakku mulai mati.
Seminggu ini aku membenci beberapa kejadian yang mengingatkanku pada duka. Luka tak terperi. Hilang tanpa hati. 

Rasa sakit itu sudah sampai ke ubun-ubun, melampaui tulang tengkorak kepala dan jaringan lainnya yang berharga disana. Rasa amarah itu sudah memuncak, ingin berteriak melalui rongga-rongga dada dengan beberapa celah rusuk menganga. Hingga kedua rasa itu menjadi dingin, beku, bagai nafas tanpa raga. 

Lalu kebas dan mati rasa. Lalu menghilang lenyap tanpa sisa. Kembali menjadi sosok tanpa rasa. Berjalan mayat-mayat tanpa nahkoda. Membiarkan titik beku itu menumpuk, membalut luka, membuatku waras hingga aku pergi saatnya nanti.

Aku tak peduli jika setiap orang mulai saling memaki. Aku hanya akan tetap pergi selembut alunan badai. mencairkan kembali makna-makna yang pernah kusimpan, aku ingin kembali berjalan tanpa rasa pahit dari setiap kenangan.

Komentar