Jadi, jika ada orang yang membenarkan aksi-aksi
Israel dilakukan akibat kekerasan orang Palestina, bukan hanya aku yang
mempertanyakan logika itu dalam kerangka hukum internasional. Bukankah hukum
itu mengakui hak orang untuk melakukan perjuangan bersenjata demi
mempertahankan tanah dan keluarga mereka. Bukan hanya aku yang mempertanyakan
logika itu dalam kerangka Konvensi Keempat Jenewa. Bukankah konvensi itu
melarang hukuman kolektif (collective
punishment), melarang transfer populasi dari negara penjajah ke wilayah
jajahan, melarang perampasan sumber-sumber air, dan penghancuran infrasturktur
sipil seperti tanah pertanian. Bukan hanya aku yang mepertanyakan logika itu
dalam kerangka konyol yang nyata. Bukankah persenjataan konyol buatan Rusia
yang berusia 50 tahun plus peledak-peledak rakitan mempengaruhi agresi salah
satu militer terkuat di dunia yang didukung oleh satu-satunya adidaya di dunia.
Tapi, aku juga mempertanyakan itu atas dasar akal sehat.
Bayangkan,
jika setiap kehidupan kita sepenuhnya diitndas, hidup bersama anak-akan di area
yang terus menyempit, dan sewaktu-waktu (seperti yang sudah-sudah) para
serdadu, tank, dan buldoser menghampiri kita (mungkin menyuguhkan kematian yang
sedikit lenih ringan dari kelaparan, kekurangan gizi kronis, dan keracunan
nitrat yang disebabkan oleh ketergantungan akut kepada sumber-sumber air yang
berlokasi jauh dari pemukiman, ke arah timur, dan kondisi air disana sangat
buruk), hidup tanpa sarana-sarana ekonomi dan rumah-rumah kita dihancurkan.
Jika mereka hancurkan semua perkebunan yang telah
kita tanami selama ini, sementara sebagian dari kita dipukuli dan ditodong
bersama 149 orang lain selama beberapa jam, apakah mama merasa kita boleh
gunakan sedikit sarana kekerasan demi melindungi apapun yang tersisa? Sebuah bom yang tertanam di tanah, tidak
akan meledak dengan cara apapun kecuali mesin besar melindasnya.
Kurenungkan ini, khususnya saat kusaksikan
anggrek-anggrek dirawat , perkebuna-perkebunan yang ditanami pohon buah
dihancurkan. Menurut mama, butuh waktu berapa lama menumbuhkan sesuatu yang
baik? Betapa seseorang sangat mencintai apa yang ditamanmnya. Dalam situasi
yang sama, aku yakin sebagian besar manusia mempertahankan diri mereka
semaksimal mungkin.
Sama sekali tak terpikir olehku jika para petani
yang menanam peledak itu. Jadi, tolong jangan tafsirkan ke arah itu. Mereka menyatakan
tak pernah ada aktivitas perlawanan di wilayah mereka sebelumnya. Pada hari
Senin, kami bicara dengan mereka. Jelas wajah-wajah mereka benar-benar
terkejut. Sebagian besar dari mereka berulang-ulang mengatakan, lagi dan lagi,
bahwa mereka sama sekali tak mengerti mengapa sumber penghidupan mereka
dihancurkan. Sama sekali tak kuketahui siapa penanam peledak itu. Sepanjang
pengetahuanku, tentara Israel kerap memanipulasi keadaan, hingga tampak masuk
akal mengapa peledak itu diletakkan disana.
Mama menanyaiku tentang perlawanan tanpa
kekerasan. Maka kusebut Intifada pertama. Sebagian besar pemimpin moderat,
selama Intifada pertama telah dibunuh, diasingkan, atau dipenjara untuk waktu
yang tidak ditentukan. Aktifitas pemukiman ilegal, kenyataannya meningkat pada
tahun-tahun setelah (kesepakatan) Oslo. Seperti kusebutkan sebelumnya, awal
1990-an, Israel dan Amerika Serikat tak mencegah perkembangan Hamas. Menurutku,
Hamas dipandang ancaman kecil dari perlawanan sekuler. Kecuali itu, ada
perlawanan tanpa kekerasan ala Gandhi. Mama pikir aku tinggal bersama siapa. Di
rumah-rumah yang akan dihancurkan bersama rentetan tembakan yang kerap terjadi
tanpa satu respon pun dari Kalashnikov.
Senjata perlawanan? Mama pikir siapa orang-orang
yang mengoperasikan pusat-pusat HAM? Mama pikir siapa orang-orang yang setiap
hari mempertahankan lahan-lahan pertanian mereka di tengah pengawasan
menara-menara sniper? Mama pikir siapa orang-orang yang terlibat unjuk rasa
bersama kami? Mama pikir apa gerakan yang dipimpin orang-orang Palestina ini -yang
kuikuti- dan mereka terlibat langsung dalam aksi tanpa kekerasan? Mama pikir
siapa orang-orang yang tetap berjalan di jalan Saleh el-Din tempat anak-anak
ditembaki? Mama pikir siapa keluarga yang telah kuceritakan ini, yang sama
sekali tak ingin mengambil satu sen pun uang dari kami padahal mereka sangat
miskin, sangat miskin.
Mama, ketika itu mereka berkata kepada kami, “Tempat
tinggal kami bukan hotel. Kami menolong kalian karena kami berpikir mungkin
kalian kembali dan berkata kepada masyarakat di negeri kalian bahwa kalian pernah
tinggal bersama Muslim. Kami berpikir bahwa mereka akan tahu bahwa kami orang
baik-baik. Kami orang-orang damai, kami hanya mengehendaki perdamaian.”
Apakah mama berpikir bahwa aku bergaul dengan
para pejuang Hamas? Orang-orang ini ditembaki setiap harinya. Inilah
penderitaan yang sempurna, seperti yang telah kugambarkan. Tapi mereka tetap
berjuang semampu mereka, menghadang senjata-senjata mesin dan peluncur-peluncur
roket. Bukankah perjuangan mereka adalah esensi perlawanan tanpa kekerasan-
melakukan apa yang harus kita lakukan meski kita ditembaki?
Ledakkan bom kemarin memecah semua kaca jendela
di rumah keluarga ini. Ketika itu kunikmati secangkir teh sambil menghibur dua
bayi mungil. Aku tengah menjalani masa-masa sulit sekarang. Hanya karena
perutku sedikit sakit, aku terus dimanjakan dengan sangat manis oleh
orang-orang yang tengah menghadapi kehancuran. Aku sadar, di Amerika Serikat,
ini terdengar berlebihan. Jujur saja, kebaikan yang tulus dari orang-orang
disini, berhadapan dengan kekuatan penghancur kehidupan mereka. Bagiku, ini
seperti mimpi. Aku benar-benar tak bisa percaya jika ada derita di dunia
melebihi di sini. Sekali lagi, menyakitkan bagiku ketika menyeksikan betapa
mengerikannya kita yang mendiamkan dunia berlaku seperti ini.
Kurasa setelah berbicara kepada mama, mungkin mama tak
sepenuhnya mempercayaiku. Menurutku, sangat baik jika mama memang tidak
percaya. Karena aku, di atas segaalanya, sangat menjunjung pemikiran kritis
yang independen. Kusadari saat bersama
mama, aku sedikit ceroboh untuk mendasarkan setiap pernyataanku. Alasan
utamanya, aku tahu, mama semestinya datang dan melakukan riset sendiri. Namun,
itu membuatku khawatir.
Komentar
Posting Komentar