Seks dan Reproduksi (2)


Mengikuti jejak tulisan pertama. Pendidikan kesehatan reproduksi penting diajarkan pada anak sejak dini. Kegiatanku sebagai guru akhir-akhir ini begitu monoton, hingga kemarin sore suatu sesi yang paling menggugah jiwaku muncul. Sesi itu adalah tentang mata pelajaran SAINS, yaitu perkembangan dan pertumbuhan, pubertas, dan berkembang biak.

Murid yang kuajarkan adalah siswa-siswi kelas 6 SD. Ketika pelajaran berlangsung, aku meminta mereka menjelaskan apa itu pertumbuhan dan apa yang menandai pertumbuhan lalu menjelaskan perbedaannya dengan perkembangan. Dan mereka adalah murid-murid tercerdas karena sudah paham hanya dengan sekali penjelasan dari ku. Bahwa yang menandai pertumbuhan seperti dari kecil mejadi besar, dan pendek menjadi tinggi, sedangkan perkembangan menandai seperti kecerdasan emosional, kemampuan berbahasa, kemampuan mengenali diri, dan lain sebagainya. 

Sesi berikutnya merupakan sesi mengenai pubertas. Disinilah semua kecamuk pertanyaan yang masih dianggap "tabu" tercurahkan. Disela-sela sebelum sesi ini berjalan, sebagai seorang guru yang menganggap ini adalah "krusial" aku membuat Rule of The Class. No taboo, No judgment, No silent. Di kelasku, setiap siswa berhak bertanya, berhak menyela apa yang diajarkan, dan berhak mengetahui dengan jelas jawaban yang ditanyakan. Selama pengajaran, ternyata timbul pertanyaan seperti, "apa ciri akil balig?", "Bu guru, mimpi basah itu apa?", "mimpinya seperti apa?", "Apa ibu guru juga mimpi basah?" yang kemudian disusul oleh para siswi dengan pertanyaan "Bu, kenapa pas mens gitu perutnya sakit? padahal aku udah lama jongkok di WC tapi pup nya ga juga keluar." 

Bagaimana sikap Anda sebagai guru ketika murid bertanya segitu dalam? Pengalaman ku ketika SD adalah ditolak. Ya, pertanyaan saya tak dijawab bahkan ada guru yang menegur bahwa tidak seharusnya bertanya begitu. Loh? memang kenapa? apa yang salah dengan bertanya itu? bukankah itu semua normal ditanyakan? Anak-anak bukan miniatur orang dewasa, mereka sudah mulai berpikir abstrak, jadi buatlah dia konkret dan bertanggung jawab terhadap pengetahuan yang didapatnya. 

Dalam pikiran saya, inilah waktunya untuk melaksanakan misi seorang kesehatan masyarakat yang bergerak di bidang Reproductive Health. Aku menjawab dengan berkata bahwa ibu akan menjawab pertanyaan dari siswa laki-laki terlebih dahulu (karena mereka duluan yang bertanya), aku mengatakan bahwa ciri akil balig adalah ditandai dengan ciri-ciri fisik ditubuhnya, seperti tumbuhnya jakun, dada menjadi bidang dan mengalami mimpi basah. Mimpi basah hanya dialami oleh laki-laki, mimpi basah adalah bermimpi melakukan hubungan layaknya suami istri, dan ditandai dengan keluarnya air mani (sperma). Jadi, perempuan tidak mengalami mimpi basah, tetapi mengalami menstruasi atau haid yang akan rutin datang setiap bulannya sehingga disebut datang bulan. Untuk menjawab pertanyaan para siswi, aku menjelaskan terlebih dahulu, mengapa setiap bulan mens datang dan disertai nyeri perut. Setelah cukup jelas, aku mengatakan bahwa akan lebih baik jika kalian melihat bagaimana penjelasan ibu barusan dapat dipahami. 

Setelah melihat penjelasan tersebut, mereka kompak bertanya, "Terus, kenapa bayi ada di perut bu?" Nah, ini dia puncaknya, sepelan mungkin aku menjelaskan bahwa Bayi datang dari hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sudah akil balig (dan mereka sudah tahu apa ciri akil baligh), jika seorang wanita yang sudah mens melakukan hubungan suami istri dengan pria yang sudah akil balig, maka akan terjadi kehamilan, dimana setiap minggunya akan ada bayi yang makin lama makin berkembang. Sehingga, perlu dihindari perilaku tersebut sebelum tiba waktunya untuk menikah. 

Jadi, aku berkesimpulan, dalam pengalamanku belajar ini media dan cara penyampaian adalah hal penting. Lalu mengapa diangap tabu? toh yang kita pelajari adalah apa yang mereka ingin ketahui. Jadi, buatlah penjelasan dengan pasti dan bertanggung jawab. Agar seorang anak paham tentang tubuhnya sendiri. 

Apa akibatnya jika kita tidak menjelaskan dengan baik? bisa jadi mereka akan mencari informasi yang belum tentu benar tentang reproduksi, atau mereka akan mencari tahu sendiri yang kemungkinan besar akan tersesat bahkan terjerumus, atau yang lebih parah lagi, jika keingintahuan anak tentang kesehatan reproduksi tidak terjawab mereka justru akan menjadi matang seksual secara dini. Dimana anak umur 5 tahun akan tegang penisnya jika melihat tayangan yang seharusnya dilihat oleh dewasa diatas 18 tahun. Sebagai orang dewasa, bijaklah terhadap keingintahuan anak.

Diakhir pelajaran, aku memberikan pesan kepada mereka bahwa jika kalian bingung, bertanyalah pada orang tua, seorang dokter (tenaga kesehatan), atau guru kalian, sangat boleh untuk bertanya kepada ibu guru. Jangan pernah mencari informasi yang salah, jika kalian dapat suatu informasi, maka dicari dulu ini benar atau tidak. Kepada setiap orang tua, ketahuilah.. prinsip utama membangun karakter anak adalah tersedianya lingkungan keluarga yang mampu menopang kebutuhan lahir - batin anak. Bahwa anak, dengan segala dinamikanya mendapatkan perlindungan dan pengayoman yang baik. Menjadi persoalan ketika anak dalam mendapatkan persoalan lari dari keluarga , mencari pengayoman lain di luar keluarga. 

Komentar