Terbang Dengan Sayap



Pernahkah kau terbangun di pagi hari dengan perasaan dirimu dikekang dan terkurung dalam rutinitas? Hanya menjalankan segala sesuatunya seperti robot, monoton dan apatis? Jika ya, bisakah kau melepaskannya dan meletakkan semua itu diatas tumpukan batu-batu di kepulauan Skotlandia? Aku sangat ingin melakukannya. 

Ada beberapa hal yang dulu pernah terpikirkan oleh ku, pergi menjelajah di atas ketinggian, pergi ke suatu tempat dimana orang belum pernah pergi kesana. Dan tentunya bersama seseorang atau sesuatu yang aku anggap adalah belahan jiwa. Melintasi antar benua, menerpa angin-angin laut dan menyaksikan ikan pari manta yang terlihat bagai bayang-bayang dibawah air. Seharusnya aku bisa berkemas sesegera mungkin. Seharusnya aku bisa melompat dan terbang bersama lebih tinggi. 

Dan aku berencana untuk membelah langit, menyisiri permukaan awan-awan putih seperti kapas. Dan menghirup aroma angin yang sesungguhnya. Lalu aku akan mencoba kembali menukik tajam ke bumi, merasakan keindahan gravitasi menarik ku dengan kecepatan dahsyat. Berteriak dengan suara keras, dan bilang “Kereeennn...” kemudian aku akan kembali membelah langit mencapai ketinggian 30.000 kaki. Dan melihat burung-burung besi menatapku dengan tersenyum melihat betapa bebasnya aku. Kemudian aku akan berputar dan dan kembali terbang rendah melihat daratan dengan warna-warni berbagai musim di dunia. Mengambil beberapa apel di puncak bukit dan memakannya sambil melambai ke arah mereka yang menatapku dengan keheranan. 

Oh ya tentu, mereka harus tahu bagaimana aku membuat sayapku. Mereka harus tahu sesulit apa keadaanku jika aku tanpa sayap dan tak pernah membuatnya. Itulah sebabnya, kebebasan selalu dibayar dengan mahal, dengan komitmen kuat dan pantang menyerah, satu lagi dengan rasa optimis yang kuat serta kerendah-hatian yang mulia. Itulah sebabnya aku perlu membuat sayap yang bukan sekedar sayap. Itulah sebabnya aku membuat sayap, bahkan disaat diriku sedang tak ingin membuatnya. Namun, ketika sayap itu telah tercipta, aku bisa melipat sayap itu dimanapun dan kapanpun, serta menggunakannya sesuka hatiku. Sayapku amat berharga. Andai bisa, aku ingin mengajak terbang dia bersamaku. 

Aku kembali terbang tinggi, terjaga di langit luas tanpa batas. Menatap langit dengan semburat kemerahan diujungnya. Angin di atas sini sangat berbeda, jauh lebih berbau angin, tanpa ada campuran bau manusia di dalam partikelnya. Menatap kebelakang sayapku dan melihat betapa bintang-bintang menjelang malam itu mengikuti arah aku terbang. Namun aku lebih memilih terbang rendah dan menapak kembali ke bumi. Menatap bintang malam, dan merasakan angin laut yang hangat. Sejauh apapun aku pergi dan berlalri, pada kenyataannya aku akan tetap kembali, menjalani lagi rutinitas dan bersikap bagai robot tanpa komando yang pasti, hanya bergerak kesana-kemari. Tapi aku punya sayap, sekali lagi, aku akan bisa membelah awan dan menembus langit lapisan pertama sambil berkata, “aku akan selalu dan selalu kembali.”

 
Sejenuh apapun rutinitasmu, tetaplah rangkai sayapmu.
Dia akan membawamu terbang, dan melupakan kejenuhan itu.
Dan jangan pernah mencoba terbang tanpanya,
karena kau akan terjatuh menukik dan remuk.
Kau mungkin hidup, tetapi kehilangan sebagian dirimu.

Komentar